Hidup
itu selalu dilalui dengan warna ataupun cerita yang beraneka macam. Well,
sepertinya semua yang hidup dan memiliki nyawa pasti merasakan hal itu. Jalan
hidup yang penuh liku liku (bukan lagu dangdut) sepertinya dialami oleh semua
orang, sangat jarang ditemui orang orang yang jalan hidupnya datar, tidak ada
gelombang naik turun dalam fase hidupnya bahkan saya sendiri pun tidak pernah
menemukan jenis orang yang seperti ini. Terus apa yang akan saya bahas disini?
Jenis jenis manusia berdasarkan sifatnya? Tentu saja tidak. Hal seperti itu sih
sudah sangat umum sekali kawan, tidak percaya? Cari saja di textbook atau
browsing di dunia maya, tentulah kawan akan menemukannya. Yang akan saya coba
bagikan di tulisan ini adalah sedikit perbandingan remeh temeh yang mungkin
dianggap sederhana, simple (sama saja wey~ ) tapi kalau ditelisik lebih jauh
akan kelihatan bedanya. Seperti tulisan saya yang sebelumnya, remeh temeh ini
didasarkan pada pengalaman pribadi saya jadi kalau kawan sekalian adalah orang
yang mudah mabuk saya sarankan siapkan kantong plastic atau malah ember untuk
persiapan kalau kalau kawan muntah selagi membaca tulisan ini. bukan karena
tulisan ini menjijikkan namun terlebih karena bahasa yang akan digunakan lebih
seperti bahasa orang kasmaran (memang penulis lagi kasmaran sih, hehe #plakk)
tapi Insya Allah bila kawan membacanya secara seksama akan ada hikmah yang bisa
kawan dapatkan (selain juga muntah, haha). Penasaran remeh temeh apa yang akan
saya bagikan? Penasaran? Serius? Santai saja, kita hari ini hanya akan membahas
perbedaan antara kata deposit dan save kok. Lho? Kenapa ekspresi mukanya
langsung berubah? Ekpektasinya berlebihan ya? Ya sudah, daripada berpanjang
kata mending kita langsung sedot saja, haha (sedot?).
Ketika
kita mendengar kata deposit dan save apa sih yang ada di pikiran kita? Image
apa yang langsung terbayang dari kedua kata tersebut? Pasti sebagian besar dari
kawan kawan sekalian akan beranggapan bahwa kata itu memiliki makna yang sama.
Sama sama menabung juga. Kenapa harus dibahas? Penulisnya geje nih (bahasa
gaulnya ga jelas), haha. Namun sadarkah kawan bahwa kedua kata itu memiliki
perbedaan dalam arti katanya dan tentu saja kedalaman arti dari kata tersebut.
Deposit dalam bahasa Indonesia berarti mendepositokan, menumpuk, menaruh, atau
menempatkan sedangkan Save berarti menyimpan atau menabung. Yang jadi pembeda
sepertinya sudah jelas namun juga perlu ditambahkan bahwa dalam bahasa perbankan
savemerupakan tabungan yang bisa diambil kapan saja anda membutuhkan sedangkan
deposito adalah investasi yang waktu pengambilan kembalinya berjangka, sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan tidak bisa semena mena langsung memutuskan
untuk mengambil karena benefit yang dihasilkan bisa saja tidak sesuai harapan.
Nah
dari statement terakhir saya tadi mungkin kawan sebagian sudah bisa menebak ke
arah mana tulisan ini tapi bagi yang belum mengetahui ya tetap simak saja terus
sampai akhir, haha. Kembali ke kedua kata tadi, kata kata ini biarpun dibilang
sederhana ataupun mungkin dianggap tidak perlu dibahas namun menurut penulis
perlu dibahas. Kenapa? karena dalam hidup kita semua hal yang kita rencanakan
pasti akan berhubungan dengan kedua kata ini. Ah, masa sih? Kawan sekalian
mungkin merasa sangsi tapi itulah kenyataannya. Butuh penjelasan? Oke, akan
penulis jelaskan. Dalam hidup kita semua pasti mempunyai rencana. Bukan hanya
satu tapi bermacam macam. Tentu bukan rencana A saja tapi juga rencana B, C, D,
E, dan seterusnya. Nah setiap rencana itu pasti membutuhkan persiapan dan
hambatan ataupun mungkin timing yang tepat. Nah inilah titik yang akan coba
penulis bagikan, kapan waktu yang tepat bagi kita untuk menjadikan rencana itu
dalam bentuk save atau deposit. Lho? Memangnya ada hubungannya? Ada kok, ga
percaya? Coba saja baca paragraph paragraph awal tulisan ini, pasti kawan
sekalian akan menemukannya. Sudah menemukan? Oke yang belum ketemu akan
dijelaskan disini deh, haha. Jadi begini kawan, dalam melaksanakan rencana
rencana itu kita harus bisa tau waktunya kapan harus save ataupun deposit. Save
disini maksudnya adalah ketika kita menginginkan sesuatu atau merencanakan
sesuatu kita bisa melaksanakannya kapan saja. Ataupun ketika hal itu belum bisa
terlaksana atau bila kita lupa melaksanakannya maka ketika kita ingat kita bisa
langsung segera melaksanakannya. Namun apabila kita mendepositokan suatu
rencana maka agar rencana itu bisa terlaksana dengan baik maka kita harus
menunggu saat yang tepat untuk dapat melaksanakannya karena sama seperti
deposito uang, kita tidak bisa langsung begitu saja mengambil uang yang kita
depositokan kapan kita ingin tapi harus sesuai jangka waktu yang telah kita
sepakati. Nah begitu juga halnya dengan rencana hidup, ketika kita rencana itu
dirasa begitu besar dan butuh persiapan yang matang dan waktu yang cukup lama
maka ada baiknya kita mendepositokan rencana itu agar benefit yang kita
dapatkan seusai dengan apa yang kita harapkan. Mendepositokan rencana bukan hal
yang buruk kecuali kalau kawan yakin rencana itu bisa dlaksanakan kapanpun
kawan inginkan maka save saja rencana itu. Sepertinya terlihat rumit ya? Ya
sudah akan diberikan ilustrasi mengenai deposit dan save nih.
Contoh
yang paling sederhana ketika kita ingin men save suatu rencana itu ada banyak.
Bisa saja ketika kita ingin belajar supaya mendapatkan pemahaman yang cukup
tapi kita sedang malas belajar maka umumnya kita akan menunda atau menyimpan
keinginan itu sampai kita punya mood. Demikian juga ketika kita menginginkan
sesuatu, misalnya ingin makan di tempat yang mewah, kita bisa makan disana
kapanpun kita mau. Kalaupun saat itu kita tidak mempunyai uang nanti ketika
sudah punya pasti bisa melaksanakannya. Namun deposito berbeda, contohnya
ketika kita ingin mendapatkan kepercayaan dari orang orang di sekeliling kita,
hal itu tidak serta merta akan kita peroleh dari satu atau dua kali kesempatan
namun harus dibangun dengan seksama sampai saatnya nanti akhirnya semua orang
mengakui dan percaya kepada kita. Kelihatan tidak masuk akal? Ya sudah penulis
kasih ilustrasi lagi, kali ini yang berhubungan dengan cinta. Berasa agak mual?
Siapkan ember atau kantong plastic anda, haha.
Sekadar
curhat, saat memasuki tingkat akhir perkuliahan di kampus akhirnya penulis
menyadari bahwa kelak ketika penulis sudah bekerja pasti akan ada banyak
tantangan, godaan ataupun cobaan yang akan penulis hadapi. Wajar saja, karena
menurut keyakinan yang penulis anut, seorang manusia itu harus selalu bekerja
keras agar dapat mencapai surge. Kerja keras itu baru akan berakhir ketika
manusia tersebut sudah menginjakkan kedua kakinya di dalam surga nan agung. Nah
tentu saja untuk mencapai surga itu
manusia itu butuh pendamping, partner yang bisa bekerja sama untuk
mencapai surga. Partner tersebut tidak lain adalah pasangan hidup dari manusia
tersebut. Atas alasan itulah penulis pun
juga berencana untuk mencari partner yang kelak bisa bekerjasama untuk mencapai
surga itu. Calon kuatnya sudah ada, oh iya sebelumnya diem diem sajalah ya,
jangan pernah tanyakan identitas dari orang ini, haha. Dia adalah seorang gadis
yang Insya Allah seagama dengan penulis, memiliki keteguhan iman yang insya
Allah cukup teguh. Hal yang penulis kagumi adalah bahwa dalam hidupnya dia
senantiasa berbuat sesuai dengan ajaran agamanya dan kedewasaannya dalam
berpikir membuat kagum penulis yang notabene sebenarnya masih labil, hahaha
(maklum dia lebih tua). Bagi penulis, untuk saat ini insya Allah hanya dia yang
sesuai criteria, haha. Cerita pun muncul ketika penulis ingin mengungkapkan
perasaan kepadanya. Dalam agama penulis, ketika kita sebagai laki laki ingin
mengungkapkan perasaan kepada seorang wanita maka kita harus datang kepada
orang tuanya dan langsung melamar wanita itu (CMIIW) untuk langsung menjadi
calon istri kita karena dalam agama penulis tidak dikenal istilah pacaran
sebelum menikah walaupun banyak pemeluk agama penulis yang “melanggar” aturan
itu. Masalahnya penulis sekarang masih menjalani pendidikan selain itu umur
penulis juga masih sangat muda, sangat jauh dari usia ideal seorang pria untuk
menikah. Hal itulah yang membuat penulis bingung menghadapi masalah ini. nah
disinilah pilihan save or deposit berlaku. Ketika penulis memilih untuk mensave
perasaan yang penulis punya maka perasaan itu pasti sering tiba tiba muncul
meminta untuk diungkapkan karena memang tidak ada batasan waktunya. Akibatnya
perasaan itu bisa menimbulkan pikiran yang tidak tidak dan cenderung mengarah
ke perbuatan maksiat. Tetapi ketika penulis memilih untuk mendepositokan
perasaan itu sampai tiba waktunya nanti sembari memperbaiki diri (jujur penulis
masih mencoba untuk menjadi muslim yang taat) ada kemungkinan kelak hasilnya
akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kecuali apabila dia ternyata
ditakdirkan untuk tidak berjodoh dengan
penulis, penulis tidak bisa menjadi dewasa ataupun tidak bisa memperbaiki diri
dalam waktu yang telah ditetapkan( dia berencana untuk menikah dalam jangka
waktu 2 tahun dari sekarang) maka hal itu biasa dianggap sebagai force majeur
(#plakk) sama seperti bank yang tiba tiba bankrupt ketika waktu pengambilan
deposito sudah tiba, haha. Tentu saja penulis akan berusaha untuk berlapang
dada, walaupun mungkin sakit sih, hahaha. Begitulah jadi untuk sementara
penulis lebih memilih untuk mendepositokan perasaan itu kepada Allah sampai dua
tahun ke depan sembari mempersiapkan segala sesuatunya, tentu saja karena
penulis benar benar serius maka penulis akan mencoba konsisten untuk
menjalaninya, terserah apapun hambatannya. Itu adalah salah satu ilustrasi dari
save or deposit, cukup membuat mual kan? Hahahaha
Terlepas
dari semua hal yang ada di atas, ada baiknya kawan sekalian terlebih dahulu
memikirkan setiap rencana yang akan dilaksanakan, apakah akan disave terlebih
dahulu atau malah didepositokan untuk kemungkinan benefit yang lebih besar.
Semuanya memiliki timing masi