Blogroll

Sabtu, 12 November 2011

Save or Deposit?


                 Hidup itu selalu dilalui dengan warna ataupun cerita yang beraneka macam. Well, sepertinya semua yang hidup dan memiliki nyawa pasti merasakan hal itu. Jalan hidup yang penuh liku liku (bukan lagu dangdut) sepertinya dialami oleh semua orang, sangat jarang ditemui orang orang yang jalan hidupnya datar, tidak ada gelombang naik turun dalam fase hidupnya bahkan saya sendiri pun tidak pernah menemukan jenis orang yang seperti ini. Terus apa yang akan saya bahas disini? Jenis jenis manusia berdasarkan sifatnya? Tentu saja tidak. Hal seperti itu sih sudah sangat umum sekali kawan, tidak percaya? Cari saja di textbook atau browsing di dunia maya, tentulah kawan akan menemukannya. Yang akan saya coba bagikan di tulisan ini adalah sedikit perbandingan remeh temeh yang mungkin dianggap sederhana, simple (sama saja wey~ ) tapi kalau ditelisik lebih jauh akan kelihatan bedanya. Seperti tulisan saya yang sebelumnya, remeh temeh ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya jadi kalau kawan sekalian adalah orang yang mudah mabuk saya sarankan siapkan kantong plastic atau malah ember untuk persiapan kalau kalau kawan muntah selagi membaca tulisan ini. bukan karena tulisan ini menjijikkan namun terlebih karena bahasa yang akan digunakan lebih seperti bahasa orang kasmaran (memang penulis lagi kasmaran sih, hehe #plakk) tapi Insya Allah bila kawan membacanya secara seksama akan ada hikmah yang bisa kawan dapatkan (selain juga muntah, haha). Penasaran remeh temeh apa yang akan saya bagikan? Penasaran? Serius? Santai saja, kita hari ini hanya akan membahas perbedaan antara kata deposit dan save kok. Lho? Kenapa ekspresi mukanya langsung berubah? Ekpektasinya berlebihan ya? Ya sudah, daripada berpanjang kata mending kita langsung sedot saja, haha (sedot?).
                Ketika kita mendengar kata deposit dan save apa sih yang ada di pikiran kita? Image apa yang langsung terbayang dari kedua kata tersebut? Pasti sebagian besar dari kawan kawan sekalian akan beranggapan bahwa kata itu memiliki makna yang sama. Sama sama menabung juga. Kenapa harus dibahas? Penulisnya geje nih (bahasa gaulnya ga jelas), haha. Namun sadarkah kawan bahwa kedua kata itu memiliki perbedaan dalam arti katanya dan tentu saja kedalaman arti dari kata tersebut. Deposit dalam bahasa Indonesia berarti mendepositokan, menumpuk, menaruh, atau menempatkan sedangkan Save berarti menyimpan atau menabung. Yang jadi pembeda sepertinya sudah jelas namun juga perlu ditambahkan bahwa dalam bahasa perbankan savemerupakan tabungan yang bisa diambil kapan saja anda membutuhkan sedangkan deposito adalah investasi yang waktu pengambilan kembalinya berjangka, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan tidak bisa semena mena langsung memutuskan untuk mengambil karena benefit yang dihasilkan bisa saja tidak sesuai harapan.
                Nah dari statement terakhir saya tadi mungkin kawan sebagian sudah bisa menebak ke arah mana tulisan ini tapi bagi yang belum mengetahui ya tetap simak saja terus sampai akhir, haha. Kembali ke kedua kata tadi, kata kata ini biarpun dibilang sederhana ataupun mungkin dianggap tidak perlu dibahas namun menurut penulis perlu dibahas. Kenapa? karena dalam hidup kita semua hal yang kita rencanakan pasti akan berhubungan dengan kedua kata ini. Ah, masa sih? Kawan sekalian mungkin merasa sangsi tapi itulah kenyataannya. Butuh penjelasan? Oke, akan penulis jelaskan. Dalam hidup kita semua pasti mempunyai rencana. Bukan hanya satu tapi bermacam macam. Tentu bukan rencana A saja tapi juga rencana B, C, D, E, dan seterusnya. Nah setiap rencana itu pasti membutuhkan persiapan dan hambatan ataupun mungkin timing yang tepat. Nah inilah titik yang akan coba penulis bagikan, kapan waktu yang tepat bagi kita untuk menjadikan rencana itu dalam bentuk save atau deposit. Lho? Memangnya ada hubungannya? Ada kok, ga percaya? Coba saja baca paragraph paragraph awal tulisan ini, pasti kawan sekalian akan menemukannya. Sudah menemukan? Oke yang belum ketemu akan dijelaskan disini deh, haha. Jadi begini kawan, dalam melaksanakan rencana rencana itu kita harus bisa tau waktunya kapan harus save ataupun deposit. Save disini maksudnya adalah ketika kita menginginkan sesuatu atau merencanakan sesuatu kita bisa melaksanakannya kapan saja. Ataupun ketika hal itu belum bisa terlaksana atau bila kita lupa melaksanakannya maka ketika kita ingat kita bisa langsung segera melaksanakannya. Namun apabila kita mendepositokan suatu rencana maka agar rencana itu bisa terlaksana dengan baik maka kita harus menunggu saat yang tepat untuk dapat melaksanakannya karena sama seperti deposito uang, kita tidak bisa langsung begitu saja mengambil uang yang kita depositokan kapan kita ingin tapi harus sesuai jangka waktu yang telah kita sepakati. Nah begitu juga halnya dengan rencana hidup, ketika kita rencana itu dirasa begitu besar dan butuh persiapan yang matang dan waktu yang cukup lama maka ada baiknya kita mendepositokan rencana itu agar benefit yang kita dapatkan seusai dengan apa yang kita harapkan. Mendepositokan rencana bukan hal yang buruk kecuali kalau kawan yakin rencana itu bisa dlaksanakan kapanpun kawan inginkan maka save saja rencana itu. Sepertinya terlihat rumit ya? Ya sudah akan diberikan ilustrasi mengenai deposit dan save nih.
                Contoh yang paling sederhana ketika kita ingin men save suatu rencana itu ada banyak. Bisa saja ketika kita ingin belajar supaya mendapatkan pemahaman yang cukup tapi kita sedang malas belajar maka umumnya kita akan menunda atau menyimpan keinginan itu sampai kita punya mood. Demikian juga ketika kita menginginkan sesuatu, misalnya ingin makan di tempat yang mewah, kita bisa makan disana kapanpun kita mau. Kalaupun saat itu kita tidak mempunyai uang nanti ketika sudah punya pasti bisa melaksanakannya. Namun deposito berbeda, contohnya ketika kita ingin mendapatkan kepercayaan dari orang orang di sekeliling kita, hal itu tidak serta merta akan kita peroleh dari satu atau dua kali kesempatan namun harus dibangun dengan seksama sampai saatnya nanti akhirnya semua orang mengakui dan percaya kepada kita. Kelihatan tidak masuk akal? Ya sudah penulis kasih ilustrasi lagi, kali ini yang berhubungan dengan cinta. Berasa agak mual? Siapkan ember atau kantong plastic anda, haha.
                Sekadar curhat, saat memasuki tingkat akhir perkuliahan di kampus akhirnya penulis menyadari bahwa kelak ketika penulis sudah bekerja pasti akan ada banyak tantangan, godaan ataupun cobaan yang akan penulis hadapi. Wajar saja, karena menurut keyakinan yang penulis anut, seorang manusia itu harus selalu bekerja keras agar dapat mencapai surge. Kerja keras itu baru akan berakhir ketika manusia tersebut sudah menginjakkan kedua kakinya di dalam surga nan agung. Nah tentu saja untuk mencapai surga itu  manusia itu butuh pendamping, partner yang bisa bekerja sama untuk mencapai surga. Partner tersebut tidak lain adalah pasangan hidup dari manusia tersebut. Atas alasan itulah  penulis pun juga berencana untuk mencari partner yang kelak bisa bekerjasama untuk mencapai surga itu. Calon kuatnya sudah ada, oh iya sebelumnya diem diem sajalah ya, jangan pernah tanyakan identitas dari orang ini, haha. Dia adalah seorang gadis yang Insya Allah seagama dengan penulis, memiliki keteguhan iman yang insya Allah cukup teguh. Hal yang penulis kagumi adalah bahwa dalam hidupnya dia senantiasa berbuat sesuai dengan ajaran agamanya dan kedewasaannya dalam berpikir membuat kagum penulis yang notabene sebenarnya masih labil, hahaha (maklum dia lebih tua). Bagi penulis, untuk saat ini insya Allah hanya dia yang sesuai criteria, haha. Cerita pun muncul ketika penulis ingin mengungkapkan perasaan kepadanya. Dalam agama penulis, ketika kita sebagai laki laki ingin mengungkapkan perasaan kepada seorang wanita maka kita harus datang kepada orang tuanya dan langsung melamar wanita itu (CMIIW) untuk langsung menjadi calon istri kita karena dalam agama penulis tidak dikenal istilah pacaran sebelum menikah walaupun banyak pemeluk agama penulis yang “melanggar” aturan itu. Masalahnya penulis sekarang masih menjalani pendidikan selain itu umur penulis juga masih sangat muda, sangat jauh dari usia ideal seorang pria untuk menikah. Hal itulah yang membuat penulis bingung menghadapi masalah ini. nah disinilah pilihan save or deposit berlaku. Ketika penulis memilih untuk mensave perasaan yang penulis punya maka perasaan itu pasti sering tiba tiba muncul meminta untuk diungkapkan karena memang tidak ada batasan waktunya. Akibatnya perasaan itu bisa menimbulkan pikiran yang tidak tidak dan cenderung mengarah ke perbuatan maksiat. Tetapi ketika penulis memilih untuk mendepositokan perasaan itu sampai tiba waktunya nanti sembari memperbaiki diri (jujur penulis masih mencoba untuk menjadi muslim yang taat) ada kemungkinan kelak hasilnya akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kecuali apabila dia ternyata ditakdirkan untuk tidak berjodoh  dengan penulis, penulis tidak bisa menjadi dewasa ataupun tidak bisa memperbaiki diri dalam waktu yang telah ditetapkan( dia berencana untuk menikah dalam jangka waktu 2 tahun dari sekarang) maka hal itu biasa dianggap sebagai force majeur (#plakk) sama seperti bank yang tiba tiba bankrupt ketika waktu pengambilan deposito sudah tiba, haha. Tentu saja penulis akan berusaha untuk berlapang dada, walaupun mungkin sakit sih, hahaha. Begitulah jadi untuk sementara penulis lebih memilih untuk mendepositokan perasaan itu kepada Allah sampai dua tahun ke depan sembari mempersiapkan segala sesuatunya, tentu saja karena penulis benar benar serius maka penulis akan mencoba konsisten untuk menjalaninya, terserah apapun hambatannya. Itu adalah salah satu ilustrasi dari save or deposit, cukup membuat mual kan? Hahahaha
                Terlepas dari semua hal yang ada di atas, ada baiknya kawan sekalian terlebih dahulu memikirkan setiap rencana yang akan dilaksanakan, apakah akan disave terlebih dahulu atau malah didepositokan untuk kemungkinan benefit yang lebih besar. Semuanya memiliki timing masi